Meramal Masa Depan


Suatu hari seorang peramal bertanya kepada seorang laki-laki yang mendatanginya untuk diramal masa depannya. Ia bertanya mengapa laki- laki tersebut begitu tertarik ingin mengetahui masa depannya.

“Yah… supaya aku bisa melakukan banyak hal,” sahut si laki-laki.
“jadi, aku bisa mengubah hal-hal yang tidak aku inginkan terjadi.”

“Tapi, dengan begitu, mereka tidak akan menjadi bagian masa depanmu,” kata si peramal.

“Yah, barangkali aku hanya ingin tahu masa depanku, supaya bisa mempersiapkan diri menghadapi apa-apa yang bakal terjadi.”

“Kalau hal-hal baik yang terjadi, tentunya akan menjadi kejutan yang menyenangkan,” kata si peramal, “Kalau hal-hal buruk yang terjadi, dan kau sudah tahu sejak semula, belum apa-apa kau sudah menderita jadinya.”

“Aku ingin tahu tentang masa depan karena aku laki-laki,” kata si laki-laki tersebut pada si peramal. “Dan laki-laki menjalani hidup mereka dengan berpatokan pada masa depan.”

Peramal itu ahli dalam meramal menggunakan metode ranting-ranting kayu; dia melemparkan ranting-ranting itu ke tanah, kemudian menafsirkannya berdasarkan posisi jatuhnya. Tapi hari itu dia tidak melemparkan ranting-ranting tersebut, melainkan menbungkusnya dalam selembar kain, dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya.

“Aku mencari nafkah dengan meramal masa depan orang-orang.” Katanya.
“Aku menguasai ilmu membaca ranting-ranting, dan aku tahu cara menggunakan mereka untuk menembus ke tempat segala sesuatunya telah tertulis. Di sana aku bisa membaca masa lampau, menemukan apa-apa yang telah terlupakan, dan memahami pertanda-pertanda yang ada di masa sekarang.

“Kalau orang-orang datang berkonsultasi padaku, aku bukannya membaca masa depan mereka; aku sekedar menebak. Masa depan adalah milik Tuhan, dan hanya Dia-lah yang bisa mengungkapnya, dalam keadaan-keadaan tertentu. Bagaimana caraku menebak masa depan?
Berdasarkan pertanda- pertanda yang ada sekarang ini. Rahasianya ada pada saat sekarang ini.
Kalau kau menaruh perhatian pada saat sekarang, kau bisa memperbaikinya. Dan kalau kau memperbaiki saat sekarang ini, apa yang akan datang juga akan lebih baik. Lupakan soal masa depan, jalani setiap hari sesuai ajaran-ajaran yang telah kau terima, yakinlah bahwa Tuhan mengasihi hambaNya. Setiap hari membawa keabadian bersamanya.”

Si laki-laki tersebut bertanya, dalam keadaan-keaadaan apa Tuhan bersedia membukakan masa depannya.

“Hanya kalau Dia sendiri hendak mengungkapnya. Dan Tuhan jarang sekali mengungkap masa depan. Kalaupun Dia melakukannya, alasannya hanya satu: masa depan itu telah digariskan untuk diubah.

By sotarsamo7rwealth

Masih Ada Bis Lain


Pada suatu malam yang dingin dan hujan, saya sedang menunggu bis. Saya melihat seorang perempuan tua turun dari sebuah bis dan kemudian berjalan perlahan ke tempat pemberhentian bis. Setelah berdiam beberapa saat dia berbicara kepada saya. “Malam yang buruk, ya? Tapi saya harap saya tidak perlu menunggu terlalu lama.” Dengan sedikit ingin tahu, saya bertanya tentang bis mana yang ia tunggu.

Ketika ia memberi tahu, saya berkata, “Lho, Anda baru saja turun dari bis sebelum tempat yang anda tuju?” “Begini, katanya terbata-bata dengan sedikit malu, “di bis tadi ada seorang pemuda cacat. Tak seorang pun menawarkan tempat duduk kepadanya, dan saya tahu bahwa dia akan merasa malu kalau seorang ibu tua seperti saya berdiri untuknya. Karena itu saya berpura-pura sudah waktunya untuk turun dan saya membunyikan bel ketika ia sedang berada di sisi kursi saya. Dia tidak merasa malu, dan bagi saya – masih selalu ada bis lain.”

By sotarsamo7rwealth

Berita Terbaik


Suatu ketika Roberto De Vincenzo, seorang pemain golf Argentina yang terkenal itu memenangkan sebuah turnamen golf profesional yang berhadiah uang dalam jumlah besar. Setelah menerima hadiahnya dan penuh senyum di depan kamera para wartawan ia bergegas berjalan menuju club house dan bersiap-siap untuk pulang.

Saat berjalan menuju mobilnya, ia dihampiri oleh seorang wanita dan wanita itu memberikan salam ucapan selamat kepadanya atas kemenangan yang ia raih seraya mengatakan kepadanya bahwa bayinya tengah mengalami sakit keras dan kondisinya sekarat, “Saya tak tahu harus bagaimana, karena sama sekali tak punya biaya untuk berobat ke dokter” kata wanita itu dengan wajah memelas.

Vincenzo sangat tersentuh melihat wanita malang itu dan segera mengeluarkan check dan pena untuk menuliskan selembar check dengan nilai yang tidak sedikit untuk diberikan kepada wanita itu. “Segera bawa anakmu berobat ke rumah sakit, kalau perlu opname dan pastikan dia benar-benar sembuh” kata Vincenzo dengan penuh simpatik. Wanita itu memegang erat tangan Vincenzo dan beberapa kali membungkuk penuh rasa terimakasih sebelum pergi meninggalkan pegolf yang murah hati itu.

Minggu berikutnya dalam suatu acara makan siang di sebuah country club, rekan Vincenso yang juga seorang pejabat asosiasi golf professional mendatangi mejanya dan duduk bersamanya, kemudian bertanya “Vincenzo, minggu lalu anda memberikan check kepada seorang wanita?” Vincenzo mengangguk sambil meneguk juice apelnya.

“Seorang tukang parkir yang melihat anda memberikan check kepada wanita itu mengatakan pada saya bahwa wanita itu telah menipumu kawan, anaknya tidak sedang sakit apalagi sekarat” kata orang itu menjelaskan. Kali ini Vincenzo tediam sejenak dan bertanya serius “Sungguh? Tidak ada anak yang sekarat?” “Benar” tegasnya. “Syukurlah kalau begitu, saya rasa itu adalah berita terbaik yang saya dengar dalam minggu ini” jawab Vincenzo

By sotarsamo7rwealth

Pikiran Orang Lain


Seorang filsuf yang hanya mempunyai sepasang sepatu minta tolong seorang tukang sepatu untuk memperbaikinya, dan ia akan menunggu. “Sekarang sudah waktunya tutup.” kata tukan sepatu itu. “Oleh karena itu saya tidak dapat memperbaikinya sekarang. Mengapa engkau tidak datang besok pagi saja?”

“Saya hanya mempunyai sepasang sepatu ini, dan saya tidak dapat berjalan tanpa sepatu.”

“Baik, untuk sementara engkau saya pinjami sepatu.”

“Apa! memakai sepatu orang lain? Kau anggap apa saya ini?”

“Mengapa engkau menolak menggunakan sepatu orang lain di kakimu kalau engkau begitu saja membawa pikiran-pikiran orang lain di kepalamu?”

By sotarsamo7rwealth

Engkau itu Siapa?


Wanita dalam sakratulmaut menghadapi ajalnya. Ia tiba-tiba merasa, bahwa ia dibawa ke surga dan berdiri di muka Takhta Pengadilan.

“Siapa engkau itu?” kata suara kepadanya. “Aku ini istri lurah,” jawabnya. “Aku tidak bertanya kepadamu, engkau istri siapa, tetapi engkau itu siapa?” “Aku ini ibu empat orang anak.” “Aku tidak bertanya, engkau ibunya siapa, tetapi siapa engkau itu?” “Aku ini guru di sekolah.” “Aku tidak menanyakan pekerjaanmu, tetapi siapa engkau itu.”

Dan demikianlah seterusnya. Tidak peduli apa yang menjadi jawabannya, rupanya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan: “Engkau itu siapa?”

“Aku ini seorang Kristen.” “Aku tidak menanyakan agamamu, tetapi engkau itu siapa.” “Aku ini seseorang, yang tiap hari pergi ke gereja dan selalu membantu orang miskin dan orang dalam kesulitan.” “Aku tidak menanyakan perbuatanmu, tetapi siapa engkau itu.”

Ia jelas gagal dalam ujian, oleh karena itu ia dikirim kembali ke dunia. Ketika sembuh dari sakitnya ia berniat
menemukan siapa dia. Dan itulah yang membuat segalanya berbeda sama sekali.

Tugasmu itu berada. Tidak menjadi seseorang atau bukan apa-apa – sebab disitu ada keserakahan dan ambisi – tidak menjadi ini dan itu; – dengan demikian menjadi bersyarat – tetapi hanya ada saja.

By sotarsamo7rwealth

Seekor Tikus


Seekor tikus merasa hidupnya sangat tertekan karena takut pada kucing. Ia lalu menemui seorang penyihir sakti untuk meminta tolong. Penyihir memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus menjadi seekor kucing.

Namun setelah menjadi kucing, kini ia begitu ketakutan pada anjing. Kembali ia menemui penyihir sakti yang kemudian mengubahnya menjadi seekor anjing.

Tak lama setelah menjadi anjing, sekarang ia merasa ketakutan pada singa.

Sekali lagi penyihir sakti memenuhi keinginannya dan mengubahnya menjadi seekor singa.

Apa yang terjadi? Kini ia sangat ketakutan pada pemburu. Ia mendatangi lagi si penyihir sakti meminta agar diubah menjadi pemburu. Kali ini si penyihir sakti menolak keinginan itu sambil berkata,

“Selama kau masih berhati tikus, tak peduli bagaimana pun bentukmu, kau tetaplah seekor tikus yang pengecut”

By sotarsamo7rwealth

Siapa yang Harus Didahulukan


Ada sebuah perusahaan besar yang sedang mencari karyawan. Dalam tes tertulisnya, mereka hanya memberikan satu kasus untuk dijawab:

“Anda sedang mengendarai motor di tengah malam gelap gulita dan hujan lebat di sebuah daerah yang penduduknya sedang diungsikan semuanya karena bencana banjir. Pemerintah setempat hanya bisa memberikan bantuan 1 buah bis yang saat ini juga sedang mengangkut orang-orang ke kota terdekat. Saat itu juga Anda melewati sebuah perhentian bis satu-satunya di daerah itu. Di perhentian bis itu, Anda melihat 3 orang yang merupakan orang terakhir di daerah itu yang sedang menunggu kedatangan bis:
* seorang nenek tua yang sekarat
* seorang dokter yang pernah menyelematkan hidup Anda sebelumnya
* seseorang yang selama ini menjadi idaman hati Anda dan akhirnya Anda
temukan.

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk membonceng Anda. Siapakah yang akan Anda ajak? Dan, jelaskan jawaban Anda mengapa Anda melakukan itu!”

Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan:
*Seharusnya Anda menolong nenek tua itu dulu karena dia sudah sekarat Jika tidak segera ditolong akan meninggal. Namun, kalau dipikir-pikir, orang yang sudah tua memang sudah mendekati ajalnya. Sedangkan yang lainnya masih sangat muda dan harapan hidup ke depannya masih panjang.

*Dokter itu pernah menyelamatkan hidup Anda. Inilah saat yang tepat untuk membalas budi kepadanya. api, kalau dipikir, kalau sekadar membalas budi bisa lain waktu kan? Namun, kita tidak pernah tahu kapan kita akan mendapatkan kesempatan itu lagi.

*Mendapatkan idaman hati adalah hal yang sangat langka. Jika kali ini Anda lewatkan, mungkin Anda tidak akan pernah ketemu dia lagi. Dan, impian Anda akan kandas selamanya. Jadi yang mana yang Anda pilih?

Dari sekitar 2000 orang pelamar, hanya 1 orang yang diterima bekerja di perusahaan tersebut. Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat:
“Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua yang sedang sekarat tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal di sana dengan sang idaman hati saya untuk menunggu ada yang kembali menolong kami.”

***

Ya, jawaban di atas adalah jawaban yang terbaik bukan? Tapi, kenapa sebagian besar hal tersebut tidak kita pikirkan sebelumnya? Apakah karena kita terbiasa dengan tidak mau untuk melepas apa yang sudah kita dapatkan di tangan dengan susah payah? Dan, bahkan berusaha meraih sebanyak-banyaknya?

Terkadang…, dengan rela untuk melepaskan sesuatu yang kita miliki, melepaskan kekeraskepalaan kita, mengakui segala keterbatasan yang kita miliki dan melepaskan semua keinginan kita untuk sesuatu yang lebih mulia, kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar.

By sotarsamo7rwealth

MENGASAH KAPAK


Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.

Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Bagus, bekerjalah seperti itu!”

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. “Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”, pikir penebang pohon itu.

Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. “Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?” sang majikan bertanya. “Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon,” katanya.

***

Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak. “Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih
tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?

Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya. Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya.

By sotarsamo7rwealth

RAHASIA MENCARI KEBAHAGIAAN


Seorang pemilik toko menyuruh anaknya pergi mencari rahasia kebahagiaan dari orang paling bijaksana di dunia. Anak itu melintasi padang pasir selama empat puluh hari, dan akhirnya tiba di sebuah kastil yang indah, jauh tinggi di puncak gunung. Di sanalah orang bijak itu tinggal.

“Namun ketika dia memasuki aula kastil itu, si anak muda bukannya menemukan orang bijak tersebut, melainkan melihat kesibukan besar di dalamnya: para pedangang berlalu-lalang, orang-orang bercakap-cakap di sudut-sudut, ada orkestra kecil sedang memainkan musik lembut dan ada meja yang penuh dengan piring-piring berisi makanan-makanan paling enak di belahan dunia tersebut. Si orang bijak berbicara dengan setiap orang dan anak muda itu harus menunggu selama dua jam. Setelah itu, barulah tiba gilirannya.

“Si orang bijak mendengarkan dengan seksama saat anak muda itu menjelaskan maksud kedatangnnya, namun dia mengatakan sedang tidak punya waktu untuk menjelaskan rahasia kebahagiaan. dia menyarankan anak muda itu melihat-lihat sekeliling istana, dan kembali kesini dua jam lagi.

“Sementara itu, aku punya tugas untukmu,’kata si orang bijak.
Diberikannya pada si anak muda sendok teh berisi dua tetes minyak. ‘Sambil kau berjalan-jalan bawa sendok ini, tapi jangan sampai minyaknya tumpah.’

“Anak muda itu pun mulai berkeliling-keliling naik turun sekian banyak tangga istana, sambil matanya tertuju pada sendok yang dibawanya. Setelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat orang bijak itu berada.

“Nah,’kata si orang bijak,’apakah kau melihat tapestri-tapestri Persia yang tergantung di ruang makanku? Bagaimana dengan taman hasil karya ahli taman yang menghabiskan sepuluh tahun untuk menciptakannya? Apa kau juga melihat perkamen-perkamen indah di perpustakaanku?’

“Anak muda itu merasa malu. Dia mengakui bahwa dia tidak sempat melihat apa-apa. Dia terlalu terfokus pada usaha menjaga minyak di sendok itu supaya tidak tumpah.

“Kalau begitu, pergilah lagi berjalan-jalan, dan nikmatilah keindahan- keindahan istanaku,’kata si orang bijak. ‘Tak mungkin kau bisa mempercayai seseorang, kalau kau tidak mengenal rumahnya.’

“Merasa lega, anak muda itu mengambil sendoknya dan kembali menjelajahi istana tersebut, kali ini dia mengamati semua karya seni di langit-langit dan tembok-tembok. Dia menikmati taman-taman, gunung- gunung di sekelilingnya, keindahan bunga-bunga, serta cita rasa yang terpancar dari segala sesuatu di sana. Ketika kembali menghadap orang bijak itu, diceritaknnya dengan mendetail segala pemandangan yang telah dilihatnya.

‘Tapi di mana tetes-tetes minyak yang kupercayakan padamu itu?’ tanya si orang bijak.

“Si anak muda memandang sendok di tangannya, dan menyadari dua tetes minyak itu sudah tidak ada.

“Nah, hanya ada satu nasihat yang bisa kuberikan untukmu,’kata orang paling bijak itu. ‘Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan tetes-tetes minyak di sendokmu.

By sotarsamo7rwealth

SIAPA YANG MEMBUKA PARASUTMU?


Charles Plumb, seorang lulusan Akademi Angkatan Laut AS, pernah jadi penerbang jet di Vietnam. Setelah 75 misi pertempuran, pesawatnya tertembak rudal-darat-keudara, Plumb sempat melompat keluar, turun dengan payung udara dan jatuh ketangan musuh. Ia tertangkap dan menghabiskan 6 tahun disebuah penjara Vietnam. Ia berhasil melewati masa cobaan penuh siksaan itu dan kini memberi kuliah tentang pelajaran2 berdasarkan pengalaman2nya itu.

Suatu hari, waktu Plumb dan istrinya sedang duduk disebuah restoran, seorang pria yang duduk dimeja lain menghampirinya dan berkata, “Heee, kamu kan Plumb! Kau yang menerbangkan jet2 tempur di Vietnam dari kapal induk Kitty Hawk. Pesawatmu kan rontok!”

“Lho, dari mana anda tahu? tanya Plumb. “Aku yang melipat dan menyiapkan parasutmu,” jawab orang itu. Nafas Plumb tersentak kaget dan penuh syukur. Orang itu membuat isyarat dengan tangannya dan bilang, “Semuanya beres ya?” Plumb meyakinkan dia, katanya, “Oh ya tentu saja. Beres dan hebat, sekiranya parasutmu tidak mau buka, pastilah hari ini aku tidak ada disini.”

Malam itu Plumb tak bisa tidur, terus memikirkan orang itu. Ia bilang, “Aku terus menerus heran sendiri, bagaimana kira-kiranya rupa orang itu bila berseragam AL, dengan sebuah topi putih, ada secarik kain selempang dipunggungnya, dan celana2nya yang melebar dibawah. Berapa sering ya, aku pernah melihatnya dan tidak pernah menyapanya ‘Selamat pagi, apa kabar?’ atau lainnya, karena aku pilot penempur sedangkan dia cuma seorang marinir.

Plumb memikirkan dan membayangkan begitu banyaknya jam-jam yang dihabiskan marinir itu pada sebuah meja kayu didalam lambung kapal itu, begitu teliti dan cermat merajut kain dan melipati sutra setiap parasut, memegang didalam tangannya, setiap kali, nasib dan hidup seseorang yang bahkan tidak ia kenal.

“Jadi sekarang,” Plumb bertanya pada pendengarnya, “siapakah yang menyiapkan parasutmu?” Setiap orang punya seseorang yang memberikan dan menyediakan kebutuhannya untuk melewati setiap hari. Ia uga menjabarkan bermacam parasut yang ia butuhkan waktu pada saat pesawatnya tertembak jatuh di atas teritori musuh — ia membutuhkan parasut jasmani, juga parasaut mental, parasut untuk emosinya, dan juga juga parasut spiritualnya. Ia mengandalkan pada semua dukungan itu sebelum ia melayang turun dengan selamat.

***

Terkadang dalam menghadapi tantangan-tantangan yang diberikan hidup ini, kita lalai, luput dan mengabaikan apa yang sesungguhnya penting. Kita mungkin lalai menyapa seseorang halo, maaf ya, mohon tolong, atau berterima kasih, mengucap selamat pada seseorang pada suatu peristiwa indah, memberikan pujian dan semangat, atau hanya sekedar cuma berbuat baik tanpa alasan apapun.

Selagi kau jalani minggu ini, bulan ini, tahun ini, kenalilah orang-orang yang membantu menyiapkan parasutmu. Ini kutulis dan kuceritakan untukmu, ungkapan terima kasihku padamu untuk perananmu dalam menyediakan dan mempersiapkan parasutku!

Dan aku harap engkaupun akan berbuat hal yang sama pada orang-orang yang telah membantu menyiapkan punyamu. Setiap kebaikan yang bisa kulakukan, atau setiap keramahan yang bisa kutunjukkan, biarkan kukerjakan sekarang juga, sebab belum tentu aku lewat sini lagi.
Di posting oleh Ardiputra pada 11:51 AM 0 komentar

By sotarsamo7rwealth